Medan (UINSU)
Moderasi beragama, semangat toleransi dan kerukunan umat memang tumbuh subur sejak lama di Sumatera Utara, namun pemahaman moderat harus terus dikaji sebagai upaya menjalankan sikap adil dan berimbang serta mencegah pemahaman ekstrem di masyarakat.
Demikian disampaikan Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Prof Dr Nurhayati, MAg dalam sambutannya pada pembukaan konferensi internasional bertajuk moderasi dan tasawuf di Hotel Raz, Medan, Rabu (8/11).
Konferensi ini digelar dalam rangkaian HUT ke-50 UINSU Medan yang akan berpuncak pada 19 November mendatang. Kajian moderasi beragama ini sejalan dengan program prioritas Kemenag yang terus dikembangkan. Keuntungan di Sumut, moderasi, toleransi dan kerukunan sejak lama diterapkan. Namun menurut rektor perlu selalu diulas untuk mencegah pemahaman yang bertentangan dengan nilai-nilai tersebut.
Moderasi, jelasnya, merupakan sikap terhadap pemahaman agama yang diaplikasikan secara adil dan berimbang dalam kehidupan dan antarumat, sehingga tidak berlaku ekstrem. Sikap moderat juga untuk mencegah potensi kekerasan yang mengalasankan agama. Moderasi juga untuk menghalau paham fanatik buta terhadap ajaran suatu agama, misalnya menganggap ajaran agama tertentu yang paling benar.
Konferensi ini, lanjut rektor, sekaligus peringatan satu abad Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan di Basilam, Tanjungpura Langkat sebagai pusat Tarikat Naqsyabandiyah di Sumatera. Seiring tema konferensi, untuk mengkorelasikan antara ilmu tasawuf dengan moderasi. “Konferensi ini wahana kita untuk mengkaji moderasi beragama dengan pendekatan tasawuf, yang dinilai berkontribusi terhadap penguatan moderasi beragama di Sumut dan Indonesia pada umumnya,” urainya.
UINSU, tegas rektor, mendukung pihak-pihak seperti kepolisian sebagai lembaga yang turut menyebarluaskan, menumbuhkan, pemahaman dan perkembangan tentang moderasi beragama khususnya di Sumut. Rektor sampaikan terima kasih kepada semua yang terlibat pada konferensi ini sehingga berjalan sukses juga kepada para narasumber.
Dalam rangkaian HUT ke-50 UINSU ini, Prof Nurhayati ingin menegaskan, bahwa kampus Islam negeri kebanggaan masyarakat Sumut ini saat ini terus berkembang dan memenuhi harapan masyarakat. Di antaranya sebagai kampus yang luar biasa dan semakin diminati masyarakat. Bahkan pada puncak tahun emas ini nantinya akan digelar dalam upacara wisuda selama tiga hari pada 18-20 November mendatang, karena mahasiswa yang akan diwisuda lebih dari 4.000 lulusan.
Keimanan dan keamanan
Wakapolda Brigjen Pol Drs Jawari, SH, MH menyampaikan, tema konferensi ini dinilai sebagai tema yang bagus dan relevan terhadap kondisi bangsa saat ini yang perlu penguatan nilai-nilai moderasi dan perlu terus didukung. Dalam perspektif kepolisian, Sumatera Utara merupakan daerah yang kaya dengan keragaman dan perbedaan dengan banyak agama, suku bangsa, tradisi dan unsur budaya yang beragam.
Namun keamanan bisa diraih dengan bersatu, artinya, walau berbeda dan beragam, masyarakat harus bisa bersatu untuk melahirkan keamanan. “Karena keamanan adalah prasyarat yang mutlak dari pembangunan bangsa,” ujarnya.
Ia menjelaskan, ada banyak potensi gangguan masyarakat, di antaranya ialah paham ekstremisme yang terbentuk dan terjadi menimbulkan ketidakamanan, disebabkan karena tidak mau bersatu. Artinya ada pemahaman yang merasa diri atau kelompoknya paling benar dan yang lain salah karena didasari memahami hal secara berlebihan. Hal ini bisa berujung pada kekerasan yang didasari karena perbedaan pemahaman.
Mengatasi hal ini, jelasnya, tidak bisa hanya dengan pendekatan kamtibmas saja yang dijalakan Polri bersama TNI. Maka untuk mengatasi ancaman tersebut, yakni potensi gesekan dan kekerasan karena perbedaan, perlu pendekatan yang lebih efektif yang sejalan dengan konferensi ini. Yaitu ide atau gagasan moderasi beragama.
Menurutnya, moderasi bergama perlu dipelajari secara radikal yang positif, namun juga memahami bahwa terpenting, perbedaan dan keragaman itu harus dijunjung tinggi. “Kita harus bisa menerima perbedaan,” tukasnya sembari menyampaikan dukungan terhadap program yang digagas UINSU ini yakni gerakan moderasi beragama.
Atau, lanjutnya, dalam istilah yang ia kembangkan ialah pencucian otak melalui kalbu atau hati untuk menciptakan keamanan di tengah masyarakat. Brigjen Jawari berpesan, keamanan bisa terwujud kalau keimanan semua baik dan keimanan akan naik jika sudah tercipta keamanan. Terakhir, ia sampaikan selamat menempuh tahun emas yakni HUT ke-50 bagi UINSU, diharap tetap berkontribusi bagi pembangunan bangsa. Salah satunya terpenting sebagai pusat moderasi beragama.
Ketua panitia rangkaian HUT ke-50 UINSU Prof Dr Syukri Albani menyampaikan, konferensi ini mengangkat tema ‘kontribusi tasawuf dalam penguatan moderasi beragama di Indonesia’ mendatangkan sejumlah narasumber luar biasa. Di antaranya Tuan Guru Basilam, Dr Zikmal Fuad, MA, lalu Direktur Utama Al Shams India Prof Dr Salahuddin Mahd Shamsuddin dan dari Institute of Education Universiti Brunei Darussalam Prof Dr Gamal Abdul Nasir Zakaria, MEd. Giat ini dalam rangkaian HUT ke-50 UINSU.
Ia menjelaskan, UINSU ingin fokus dalam mengkaji dan sebagai pusat moderasi beragama dengan berbagai pendekatan. Salah satunya ialah kontribusi kajian tasawuf terhadap moderasi beragama di Sumut dan di Indonesia. Prof Syukri juga menyampaikan sejumlah giat dalam rangkaian tersebut, di antaranya jalan sehat, Salawat Munjiyah, ziarah ke makam pendiri kampus hingga berpuncak pada Dies Natalis ke-50 di 19 November mendatang.
Hadir para pimpinan forkopimda setempat di antaranya dari Kodam I/BB, Poldasu, kejaksaan, pemprov, Pemko Medan, para tokoh masyarakat, para wakil rektor di antaranya Prof Muzakkir, dekan dan wakil dekan, ketua senat akademik dan segenap sivitas kampus. (Humas)