Bandung (UINSU)
Pola pikir dan pola perilaku yang moderat, salah satunya dengan pendekatan moderasi beragama dalam skala internasional dinilai mampu menciptakan dan mempertahankan kedamaian dunia. Juga diperkuat dengan semangat serta nilai berbeda-beda tapi tetap satu atau sejalan dengan slogan Bhinneka Tunggal Ika.
Demikian disampaikan Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Medan Prof Dr Nurhayati, MAg terkait kegiatan Konferensi Moderasi Beragama Asia, Afrika dan Amerika (KMBAAA) 2023 di Kota Bandung, Jumat (22/12) yang digelar Kementerian Agama (Kemenag) RI bersama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Prof Nurhayati menegaskan, konferensi ini sebagai upaya dan peran Indonesia dalam menguatkan moderasi beragama pada level global.
Prof Nurhayati menyampaikan, perbedaan merupakan keniscayaan untuk dijadikan alasan merajut persatuan di antara umat manusia. Lalu untuk bersama menjaga kedamaian. “Kita sebagai kampus Islam yang dinaungi Kemenag mendukung program ini. Kita harus sebarkan benih-benih moderasi dengan pendekatan Islam wasathiyah (jalan tengah). Dengan menghargai ajaran agama lain, toleransi antarumat dan lainnya,” ujarnya.
Rektor juga menyampaikan, dalam kehidupan secara global maka toleransi begitu diperlukan dan tidak menganggap agama sendiri sebagai agama yang paling benar dalam kehidupan global. Prof Nurhayati mengapresiasi program ini dan akan diteruskan dan dijalankan di UINSU Medan. “Kita sebarkan semangat moderasi beragama, bagi segenap sivitas kampus termasuk seluruh mahasiswa yang akan menjadi duta moderasi,” tukasnya.
Program ini, digelar pada 20-22 Desember 2023 dan dibuka langsung Wakil Menteri Agama, H Saiful Rahmat Dasuki, SIP, MSi dan dihadiri para pimpinan atau rektor PTKIN jajaran Kemenag. Diketahui, Kementrian Agama RI melalui Badan Penelitian, Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan (Balitbang Diklat) bekerja sama dengan Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) dan Kementerian Luar Negeri RI menjadi inisiasi dari kegiatan ini.
Wakil Menteri Agama menyampaikan, tujuan KMBAA ini adalah sebagai momentum untuk menyerukan negara-negara di Asia, Afrika, Amerika Latin dan benua lainnya agar menghentikan eskalasi konflik dan menciptakan perdamaian bagi semua masyarakat dunia.
Ia menjelaskan, KMBAAA menjadi ikhtiar Kementerian Agama dalam penguatan moderasi beragama di level global sekaligus ikut mengupayakan perdamaian dunia di tengah konflik yang terus terjadi di sejumlah negara. Lebih lanjut, ia menjelaskan, penguatan moderasi beragama, diharapkan dapat menjadi solusi global dalam upaya perdamaian dunia. Wamen mendorong moderasi beragama sebagai gerakan wawasan global untuk mengatasi konflik yang masih terjadi.
Hadir sekaligus juga memberi sambutan dalam acara ini tentunya adalah Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya). Menurutnya, konflik antarmanusia tidak boleh dilakukan dan terjadi karena mengancam masa depan umat manusia. “Kita perlu merespons eskalasi konflik yang terjadi di dunia. Sebab jika terus dibiarkan akan berakibat kehancuran total dari peradaban manusia dan global,” tutur sosok yang akrab disapa Gus Yahya.
Oleh karenanya, melalui konferensi moderasi bergama global ini, diminta agar para tokoh dunia untuk bersuara lantang agar secara signifikan dapat mengingatkan dunia tentang konsensus penting yang telah dicapai, yaitu Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. “Kita tidak bisa menunggu momen. Kita harus terus menyuarakan perdamaian dunia,” pungkasnya. (Humas)