Medan, (UIN SU)
Pengelolaan kampus dengan konsep Good University Governance (GUG) yakni transparan, akuntabel dan bertanggung jawab penting untuk diterapkan, karena hanya dengan hal ini bisa menjadikan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN SU) Medan lebih berwibawa.
Demikian disampaikan guru besar UIN SU dari Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) Prof Dr Azhari Akmal Tarigan, MAg sebagai pendaftar ketiga pada penjaringan bakal calon (balon) Rektor UIN SU Medan periode 2023-2027 di kampus II, Jalan Willem Iskander, Medan, Selasa (24/1).
Sebagai alumni dan sebagai tenaga pendidik di kampus Islam ini, Prof Azhari Akmal menyampaikan, hal itu merupakan motivasi awal ia mengajukan diri untuk mengikuti penjaringan rektor ini. Ia punya ikatan yang kuat dengan kampus ini. “Sebagai alumni, UIN SU ini adalah bagian dari kehidupan saya. Kalau dihitung sejak mahasiswa hingga dosen, mungkin dua pertiga dari umur saya bersama UIN SU, ini bagian dari hidup saya, bagian dari sejarah, karena itu saya ingin mengukir sejarah melalui penjaringan ini,” ujar Prof Akmal.
UIN SU merupakan faktor penting dalam perjalanan kariernya di dunia pendidikan dan akademis. Penuh dengan sejarah yang baik, sejarah yang manis agar kelak bisa dikenang oleh generasi di masa depan. Kita berupaya mengantarkan UIN SU sukses menjadi lokomotif peradaban di Tanah Air. Hal itu persis seperti cita-cita pendiri kampus Islam di Sumut ini pada 1973. “Itu yang menjadi motivasi paling besar,” tandasnya.
Terkait dengan program prioritas yang akan ia kembangkan jika menerima amanah ini, Prof Akmal menyampaikan, menurutnya hampir dari semua aspek di UIN SU ini sudah luar biasa hebat. Di antaranya dengan banyaknya guru besar di berbagai bidang ilmu pengetahuan, ratusan dosen dalam dan luar negeri serta ada lebih dari 30 ribu mahasiswa. UIN SU juga didukung berbagai fasilitas dan sarana prasarana, namun yang terpenting, menurutnya, ialah pengelolaan yang baik.
“Apa yang kurang? Yang kurang ialah kita belum sepenuhnya berhasil menjadi kampus yang bersih dan bermartabat. Oleh karena itu, saya tidak mengusung bagaimana tentang desain baru UIN SU ke depan, karena hal itu sudah dirumuskan oleh guru-guru kita. Jadi, penting menjalankan gagasan good university governance (GUG),” tukasnya.
GUG yang dimaksud ialah upaya menjadikan kampus lebih berkualitas. “Dengan GUG, bagaimana menjadikan lembaga kampus ini bersih, akuntabel dan terbuka. Karena hanya dengan itu, kita bisa menjadikan UIN SU menjadi kampus yang berwibawa,” serunya.
Prof Akmal menyayangkan, masih ada unsur lain yang dinilai kurang menghargai kampus UIN SU ini. Maka menurutnya penting menerapkan good governance di kampus dengan mengedepankan nilai transparansi, akuntabel dan lainnya. Sehingga semua unsur yang terlibat juga bisa bertanggung jawab, bekerja sama untuk saling membesarkan.
Ia menerangkan, dalam agenda untuk memilih pemimpin kampus ini, maka menurutnya, memahami kepemimpinan penting seperti filosofi orang Minang. Yang menyebutkan “Pemimpin itu didahulukan selangkah dan pemimpin itu ditinggikan seranting,” ujarnya.
Dengan nilai budaya Minang dimaksud, jelasnya, relevan dalam pengelolaan UIN SU bahwa pemimpin harus dibantu untuk berkembang memajukan lembaga. Maka ketika kampus sudah berwibawa, maka dinilai sudah benar-benar dihargai oleh unsur internal dan eksternal. Setelah itu, maka keunggulan lain akan mengikuti seiring berjalan.
Prof Akmal menilai, berbagai problematika di UIN SU Medan bertumpu pada upaya untuk bagaimana mengelola sumber daya yang begitu besar itu. Lalu berbagai potensi dimaksud yang perlu dikelola untuk kemaslahatan bersama.
Untuk faktor lain yang menguatkan dirinya ikut kontestasi, jelasnya, ialah motivasi yang diberikan Pelaksana tugas (Plt) Rektor UIN SU Prof Dr Abu Rokhmad, MAg yang menyatakan siap mengawal proses penjaringan rektor ini. Lalu motivasi lain ialah rencana Senat UIN SU Medan untuk berkomitmen menyelenggarakan rangkaian dan tahapan penjaringan ini. Sehingga membuatnya untuk memutuskan mengikuti proses penjaringan rektor ini.
Ia mengharapkan, seluruh keluarga besar UIN SU lebih mampu menghargai lembaga ini sebagai aset masyarakat Sumut dan wadah pengabdian untuk bangsa, negara dan agama. Kemudian menguatkan fungsi dan tanggung jawan insan kampus atau ilmuan yang condong dan cenderung kepada kebenaran. (Humas)