Medan, (UIN SU)
Ada 58 perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN) di Indonesia dengan persaingan yang luar biasa, berlomba untuk berprestasi dan berinovasi bagi dosen dan mahasiswa di ruang nasional dan internasional dan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN SU) Medan bertekad untuk bergerak dan maju, namun hal itu memerlukan suasana dan iklim kampus yang kondusif.
Demikian dijelaskan Wakil Rektor I Bidang Akademik Prof Dr Azhari Akmal Tarigan, MAg saat konferensi pers di pelataran Gedung Biro Rektor kampus II Jalan Willem Iskander, Medan, Jumat (21/7). Hadir para wakil rektor lainnya dan para dekan jajaran di lingkungan kampus Islam negeri ini, konferensi dipandu Sub Koordinator Humas dan Informasi, Yunni Salma, MM.
“UIN SU bertekad bergerak untuk maju, hari ini 58 PTKIN terdiri dari UIN, IAIN dan STAIN seluruh Indonesia terus bersaing luar biasa dari aspek prestasi dan kualitas. Kita belum bisa unggul. Masih UIN Jakarta, Yogyakarta dan Bandung meraih unggul, kita masih baik sekali, satu level lagi. Namun untuk maju, tumbuh dan berkembang, seperti kampus-kampus unggul itu, maka harus dibangun iklim dan susana yang kondusif,” urai Prof Akmal.
Jika tidak, maka menurutnya, UIN SU akan sulit bergerak bangkit, maju dan melangkah lebih baik. Kondusif dimaksud ini harus diwujudkan semua pemangku kepentingan. Hal ini ia tegaskan, terkait isu miring yang beredar selama beberapa minggu ini terkait dugaan jual beli jabatan yang sebenarnya tidak terjadi.
Prof Akmal menjelaskan, UIN SU berdiri karena kolaborasi ulama dan umara kala itu, nilai ini yang terus dibawa hingga sekarang bahkan oleh Rektor Prof Dr Nurhayati, MAg yang menegaskan komitmen dan konsisten memimpin kampus Islam milik masyarakat Sumut ini. Sejak awal rektor dilantik, ia menegaskan tidak ada istilah transaksional atau jual beli jabatan dalam kepemimpinannya. Penetapan pejabat adalah murni karena kualitas dan kinerja.
“Jadi dalam memilih dan menetapkan wakil rektor, para dekan dilakukan secara seobjektif mungkin. Tanpa ada transaksi apapun itu, kecuali komitmen kinerja. Jadi apa yang dituduhkan kepada kami, ada transaksi finansial untuk bisa diangkat jadi pejabat itu saya pastikan tidak ada. Berita itu juga terdengar lucu, karena memang tidak terjadi. Saya pastikan tidak ada,” tandas Prof Akmal.
Menurutnya, jika terjadi jual beli jabatan atau transaksional dalam mendapatkan jabatan, maka tidak mungkin pemimpin akan menagih kinerja yang maksimal dari bawahannya. Kalau jabatan itu didapat dengan cara transaksi. “Rektor tidak lakukan itu dan itu terlarang,” tukasnya.
Bahkan, dalam seleksi pejabat selanjutnya, yakni di tingkat wakil dekan, kepala program studi, sekretaris program studi dan kepala-kepala lembaga atau unit di lingkungan kampus, jika melakukan atau indikasi transaksional dalam penetapan jabatan serta bisa dibuktikan maka pejabat terkait akan segera dipecat. Lalu diproses secara hukum. “Kondisi UIN SU yang sudah berat ini tidak boleh lagi dibebani dengan hal-hal yang membuat kampus sulit berkembang, karena tidak kondusif,” ungkapnya.
Prof Akmal menegaskan, pemilihan dan penetapan para pejabat di lingkungan kampus tidak pernah ada hal-hal terkait transaksi finansial seperti yang diisukan. Kalau memang ke depan ditemukan dan terbukti, agar dilaporkan di aparat penegak hukum dan UIN SU siap menghadapinya. “Jika terbukti, akan ditindak tegas. Kita diingatkan rektor, UIN SU adalah amanah, bukan hanya dari Kementerian Agama, tapi amanah dari rakyat Sumut yang harus kita jaga amanah itu,” katanya.
Keseriusan dalam memimpin kampus Islam ini, jelasnya, secara tegas Prof Akmal sampaikan, ke depan jika ada yang mencemarkan nama baik UIN SU dengan hal-hal yang tidak sesuai kenyataan atau fitnah, maka akan direspons dengan langkah-langkah hukum. “Tidak boleh ada yang menghambat menuju kebangkitan UIN SU ke depan. Silakan dikritik, kalau ada yang kurang pas, kami dan pimpinan kampus sungguh terbuka untuk itu, membuka ruang dialog untuk menyelesaikan masalah,” ungkapnya.
Tapi, lanjutnya, jika ada tuduhan tidak berdasar dan terindikasi fitnah, maka akan diambil langkah-langkah hukum menghadapinya untuk mengatasi hal itu. Mewakili para pimpinan kampus, Prof Akmal menekankan, tidak bisa sendiri membangun citra positif UIN SU, maka perlu kerja sama dan kolaborasi semua stakeholder, termasuk insan media mitra.
Ia sampaikan terima kasih kepada insan media mitra, terutama yang telah lama bermitra dengan UIN SU dalam memberitakan hal-hal positif dan prestssi kampus, lalu senantiasa menjalankan kerja-kerja jurnalistik secara berimbang dan sesuai kode etik jurnalistik. Terima kasih telah mengkomunikasikan hal-hal positif tentang UIN SU untuk masyarakat, agar hubungan baik dengan media ini tetap terjaga juga diharapkan dukungan penuh dari rekan media, agar amanah ini terbawa dengan baik.
Prof Akmal menambahkan, saat ini UIN SU berada dalam status akreditasi B secara institusi. Dari 62 prodi, tujuh di antaranya sudah akreditasi unggul, sisanya terakreditasi baik sekali dan beberapa prodi masih akreditasi C. Akreditasi ini menjadi fokus kerja rektor dan kepemimpinan yang baru karena indikator akreditasi merupakan ukuran perguruan tinggi berkualitas.
Fokus berikutnya ialah soal peningkatan pelayanan kampus kepada masyarakat, stakeholder dan mahasiswa pada khususnya. Hal ini dituangkan dalam misi untuk mewujudkan smart islamic university yaitu mengembangkan pelayanan kampus berbasis digital. Selain itu, berbagai prestasi kampus juga terus dikejar baik dari kalangan dosen dan mahasiswa di kancah nasional dan internasional. Kerja-kerja tersebut merupakan upaya serius untuk mengembalikan UIN SU sebagai kebanggaan masyarakat Sumut.
Senada itu, Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, Dr Zulham, MHum menegaskan, dalam pengangkatannya dan pejabat lainnya tidak ada transaksi. Pernyataan itu ia sampaikan hanya demi kebenaran dan hanya untuk kebenaran, itu tidak terjadi dan tidak diajarkan di UIN SU. Ia mengajak semua pihak membesarkan UIN SU Medan dan tidak mencemari nama baik kampus Islam negeri terbesar di Sumut. Informasi miring yang beredar terkait kampus, sebaiknya agar dilakukan tabayyun dan mengklarifikasinya.
Direktur PPs UIN SU, Prof Syukur Cholil menyampaikan, karena tidak semua masyarakat dibekali literasi media yang baik, maka dikhawatirkan kalau berita yang memuat isu miring tersebut dipercayai dan akhirnya merugikan UIN SU. Tentu suasana ini sulit dalam mengembangkan smart islamic university, maka harus kondusif dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Ia mengharapkan, isu ini bisa di-counter dengan baik dan tidak berkembang sehingga mengganggu kemajuan kampus. (Humas)