Oleh: Rektor UIN SU Medan Prof Dr Nurhayati, MAg
Role model kepemimpinan yang ditunjukkan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas atau yang akrab disapa Gus Men di lingkungan Kementerian Agama (Kemenag) dapat dirumuskan dengan bergerak sebagai perekat umat dan selalu menebar kebaikan, semangat inilah yang menjadi warisan atau legacy kepemimpinannya yang disimpulkan dan disebut-sebut sebagai “jalan tengah” atau “berdiri di tengah” dari esensi keberadaan Kemenag RI.
Konsep itu, sejalan pesan KH Abdul Wahid Hasyim terkait gerak dan model Kemenag yang pada hakikatnya sebagai jalan tengah antara teori yang memisahkan agama dari negara dan teori menyatukan agama dan negara. Dengan tengah Gus Men menyatakan “Indonesia bukan negara sekuler, bukan pula negara agama. Di Indonesia, agama jadi inspirasi bagi negara. Ini selaras pernyataan pertama saya setelah diamanahi presiden sebagai menteri. Maka jadikan agama sebagai inspirasi, bukan aspirasi,” tegas menteri.
Kata-kata yang kuat ini, ia sampaikan dalam amanatnya pada puncak Hari Jadi Kementerian Agama RI ke-78 yang dikemas dengan dengan acara “Meet and Brief” yang diikuti lebih dari 6.000 pejabat dan pegawai Kementerian Agama dari berbagai satuan kerja (satker) dari seluruh Indonesia yang digelar megah di Balai Sidang Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (4/1) serta disiarkan secara virtual di seluruh Indonesia.
Arahan, motivasi sekaligus apresiasi yang disampaikan menteri, juga sebagai tanda perubahan yang ia bawakan setelah tiga tahun kepemimpinannya di Kementerian Agama. Yang juga memperjelas betapa Gus Men mengapresiasi ikhtiar kerja pada lembaga dengan satuan kerja terbesar di Indonesia.
Dalam pidato yang ia sampaikan dengan santai berbalut nuansa humor itu, ia mengenang awal-awal dirinya mendapat mandat memimpin Kemenag oleh Presiden Joko Widodo. Gus Men mulai dengan mengidentifikasi pekerjaan di kementerian yang memiliki satker begitu banyak di jajaran kementerian juga dengan jumlah ASN yang tidak sedikit. Di antara persoalan, yang ditemukan ialah adanya ratusan aplikasi yang belum terintegrasi, puluhan ribu guru belum mencapai S1, sekitar 50 KUA belum memadai dan lainnya.
Namun, alhamdulillah, dalam tiga tahun kepemimpinannya, satu per satu permasalahan dapat teratasi. Kini, berbagai capaian dan prestasi ditorehkan kementerian ini. Seperti superapps layanan kementerian yang terintegrasi yakni PUSAKA, peningkatan indeks kerukunan umat beragama, Haji Ramah Lansia, Cyber Islamic University, Revitalisasi KUA meliputi SDM, SOP dan fasilitas, lalu ada program impassing hampir 100 ribu guru.
Kemudian, lebih dari 2.000 pondok pesantren menerima program Kemandirian Pesantren, Candi Borobudur dan Candi Prambanan menjadi pusat ziarah dan ibadah dunia bagi umat Buddha dan Hindu, termasuk dalam dua tahun ini tingkat kepuasaan penyelenggaraan ibadah haji masuk kategori sangat memuaskan. Lalu sertifikasi halal melampaui target, prestasi lainnya ditandai berdirinya Puspenkom, kitab suci braille dan bahasa isyarat serta segudang prestasi bidang pendidikan agama dan keagamaan. Bahkan pada 2023, Kemenag menerima award Badan Publik Informatif.
Seluruh pencapaian itu, kata menteri, adalah buah dari pengujian kebijakan dari para warga Kemenag. Dirinya hanyalah sebagai pengambil kebijakan yang harus selalu diuji ketepatan dan kelayakannya. Segala prestasi itu pula, sebagai muara dari jejak kebaikan yang pada akhirnya jadi legacy untuk memperkuat kepemimpinan di Kemenag di masa yang akan datang.
Sehingga, warisan dimaksud semakin menaikkan kualitas dan citra Kemenag sebagai lembaga pemerintah termasuk yang paling kompetitif. Gus Men menerangkan, Kemenag ibarat kapal besar yang harus sampai di tujuan dan tak boleh tenggelam walau sekuat apapun ombak menerjang kapal, karena tenggelamnya kapal akibat air masuk ke dalam kapal. Maka ia menegaskan, kekompakan dan soliditas internal Kemenag adalah kuncinya. “Kalau kita solid, tidak ada yang sulit,” tukasnya.
Dalam pertemuan itu, ia juga sampaikan terima kasih dan apresiasi kepada seluruh jajaran Kemenag yang telah bekerja keras mewujudkan visi misi bersama. Memberikan pelayanan bagi umat beragama sebaik-baiknya. Namun begitu, capaian-capaian tersebut harus dijadikan motivasi untuk lebih baik dalam pengabdian di masa mendatang, sejalan dengan pekerjaan dan tantangan yang semakin kompleks dan meningkatkan kualitas dan layanan. Keniscayaan hal itu dapat dicapai dengan terus menerapkan legacy kepemimpinan Kemenag sebagai “jalan tengah” atas eksistensinya.
Jalan tengah lainnya, Gus Men sampaikan terkait tahun pemilu. Ia berpesan kepada keluarga besar Kemenag, agar ASN Kemenag menjadi perekat masyarakat dan turut jaga kondusivitas. Lalu menjaga agar semua tempat ibadah dan lembaga pendidikan binaan tidak dijadikan sebagai ajang politisasi agama dan provokasi politik.
Di sisi lain, Menag juga tampil dengan sisi humanis yang kuat dan khas dan memikat emosi pada saat hadiri Meet and Brief tersebut. Ia mengandaikan dirinya hanya sebagai lokomotif untuk menggerakkan kereta Kementerian Agama. Sebagai lokomotif juga berisi mesin pendorong tidak akan bisa bergerak tanpa roda-roda dan rel yang diibaratkan sebagai satker dan unit yang ada pada jajaran Kementerian Agama.
Dari situ, kita pahami, segala pencapaian bukanlah sekadar hasil suatu pekerjaan. Tapi terpenting semangat legacy yang diturunkan untuk meningkatkan kualitas kinerja, keikhlasan serta pengabdian untuk umat. Termasuk memperkuat peran menjaga kerukunan umat beragama dan merawat toleransi di Indonesia yang majemuk. Selamat Hari Amal Bakti ke-78. (Humas)