Medan (UIN Sumut)
Di tengah kehidupan berbangsa bernegara yang mengedepankan agama lebih berwujud aspiratif, berpretensi mendikte penyelenggaraan hajat publik (dalam bentuk peraturan perundangan formal). Maka penting membumikan agama sebagai inspirasi, dengan nilai substantial.
Hal ini terungkap dalam diskusi kelompok terbatas (FGD) Agama Antara Inspirasi dan Aspirasi yang menghadirkan pembicara Rektor UIN Sumatera Utara Prof Syahrin Harahap, Katib Syuriah PW Nahdlatul Ulama Sumut Abrar M Dawud Faza dan Pengkaji Pemikiran Islam, Faisal Riza di Pantai Cermin, Serdang Bedagai, Minggu (4/4/2021).
Dalam diskusi yang dimoderatori Dr Ansari Yamamah ini, Prof Syahrin mengaku beberapa kali mendengar langsung gagasan Agama sebagai inspirasi bukan aspirasi ini dari Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.
“Gagasan tersebut sangat filosofis menurut saya. Tentu saja, ini harus diwacanakan secara massif ke masyarakat dan umat Islam. Bahwa Islam sebagai inspirasi itu adalah Islam yang mengedepankan nilai dan substantif yang dinamis, kreatif, moderat dan washatiyah,” kata Syahrin.
Menurut Syahrin dalam Al Quran pun sebenarnya lebih banyak ayat-ayat yang memiliki kaidah inspirasi bukan aspirasi. Kemudian, falsafah negara Pancasila yang menjadi panduan berkehidupan umat Islam Indonesia juga mengedepankan visi inspiratif.
“Ini yang bagi kami, menunjukkan Islam itu menjadi inspirasi bagi pemeluknya. Kekuatan UIN Sumut adalah intelektual nya, saya ingin statement Menteri Agama ini menjadi wacana yang kuat di Sumut. Terutama sebagai upaya teknik mengelola keberagamaan kita,” bebernya.
Dia menambahkan, Islam sebagai inspirasi adalah Islam yang substantif. Ini kata Syahrin bisa berorientasi ke tujuan muslim Indonesia dapat menjadi pusat dan arusutama Islam dunia.
“Gus Yaqut (Menteri Agama, red), mampu mendefenisikan tujuan itu dengan mendorong agama sebagai inspirasi dan aspirasi. Menurut Pak Menteri, Islam Indonesia harus lebih mengedepankan Islam sebagai inspirasi,” bebernya.
Pengkaji Pemikiran Islam, Faisal Riza, menegaskan, Islam sebagai inspirasi mengedepankan Islam dengan nilai-nilai yang universal seperti keadilan, kesejahteraan masyarakat, kebahagiaan, kemanusiaan dan lainnya. “Ini akan membuat Islam bisa lebih masuk ke ruang-ruang yang lebih luas di masyarakat,” ujarnya.
Sementara, jika agama dijadikan aspirasi justru akan membangun watak diktasi (mendikte), pada proses bermasyarakat dan bernegara. Akibatnya itu dapat menegasikan kelompok lain yang tidak sesuai dengan aspirasinya.
“Ini tidak bisa kita ajukan ke depan. Ke depan, Islam sebagai inspirasi yang menjadikan nilai-nilai substansi, hakiki dan universal itu masuk ke dalam kehidupan kita sehari-hari,” sebutnya.
Sementara, Katib Syuriah PW NU Sumut, Abrar M Dawud Faza, Islam sebagai inspirasi menjadi solusi kondisi keberagamaan bangsa Indonesia saat ini. Saat ini, harus diakui, agama sebagai aspirasi sangat berkembang. “Kami cenderung melihatnya kemudian menjadi bertentangan dengan Islam secara substansial. Menimbulkan permusuhan dan perpecahan,” ujarnya.
Abrar menyebut, gagasan agama sebagai inspirasi Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, yang coba diterjemahkan oleh Rektor UIN Sumut, Prof Syahrin Harahap, merupakan jalan isu strategis yang patut dikedepankan di tengah masyarakat.
“FGD yang digagas Rektor UIN Sumut ini adalah langkah awal yang baik dalam upaya kita membumikan Islam sebagai inspirasi di nusantara ini,” pungkasnya.(humas)