Medan, (UIN SU)
Prof Dr H Syamsul Rijal, MAg meyakini, dengan menerapkan kepemimpinan kolaborasi dinilai secara efektif mampu membawa perubahan baik bagi pengelolaan perguruan tinggi dan kelembagaan, selain itu juga mengoptimalkan penggunaan media dan informasi dinilai mampu memberikan dukungan maksimal.
Demikian jelas guru besar dari Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh Prof Syamsul Rijal saat mendaftarkan diri sebagai bakal calon (balon) pada penjaringan Rektor UIN SU periode 2023-2027 di kampus II, Jalan Willem Iskander, Medan, Selasa (31/1). Seperti bakal calon lainnya, ia membawa dan mengusung berbagai program dan gagasan untuk kemajuan UIN SU.
Di antaranya, pada masa bakti tersebut, ia menargetkan peningkatkan jumlah guru besar dan juga fokus pada pengembangan fungsi kampus sebagai pusat atau wadah pengembangan moderasi beragama. Ia menilai, kondisi heteroginitas di Sumut ini cukup membuat pengelolaan intelektual
dan keilmuan juga harus bermuata pada prinsip-prinsip moderasi beragama. Lalu dalam pengembangan keilmuan, memang harus melakukan perubahan-perubahan signifikan.
Jika diberi amanah dimaksud, jelas Prof Syamsul, ia akan melanjutkan grand design yang ditentukan dan menyesuaikan dengan konsep kekinian dan moderat. Ia menilai, gaya kehidupan mahasiswa atau sivitas tersebut bukan hanya belajar dari aspek akademik saja, namun juga tak kalah penting ialah memberikan pemahaman dan pengamalan untuk mahasiswa mengasah kemampuan softskill dan hardskill. Untuk itu, jelasnya, program peningkatan kualitas dosen juga menjadi prioritas.
Berbagai program yang dicanangkan ini, bertujuan untuk menyelaraskan dan mewujudkan kampus unggul. Sejalan dengan misi Prof Syamsul, yaitu mewujudkan UIN SU Medan yang unggul dan berinovatif. Dengan dukungan semua elemen, meliputi dosen, tenaga kependidikan, tata kelola. “UIN SU Medan harus berani dalam merubah desain tata kelola sebagai badan layanan umum (BLU). Karena BLU sebagai core power dalam pergerakan lembaga ini. Kita harus kembalikan regulasi BLU yang sesungguhnya dan harus taat dengan tata kelola sesuai dengan pemerintah pusat,” jelasnya.
Program prioritas lainnya, ialah memperbaiki tata kelola BLU di UIN SU dengan melihat aspek informasi dan geometri UIN SU. Kemudian harus memperhatikan peran alumni atau lulusan dan hubungannya dengan almamater yang juga masih dalam lingkungan memperkuat publikasi dan informasi.
Terkait mekanisme pelaksanaan penjaringan rektor ini, ia menilai berjalan baik dengan diterapkannya standar pelaksanaan (SOP) dan juga menerapkan nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom). Misalnya, pendaftaran yang dikemas dalam suatu acara, dengan melantunkan salawat dan doa lazimnya hal itu sebagai ciri keislaman.
Ia menilai, siapa pun yang diamanahkan sebagai rektor mampu mengakomodir semua pihak demi pembangunan dan kemajuan UIN SU Medan di masa mendatang. “Hal itu, juga bagian dari tanggung jawab moralitas keislaman kita. Saya rasa ini merupakan tradisi yang harus dilestarikan dan dipublikasikan sebagai bentuk referensi ke depan. Saya lihat para pendaftar menyampaikan gagasan dan pola pikir sendiri yang variatif. Kita berharap siapapun terpilih menjadi rektor dapat mengakomodir ide-ide bagus ini.,” pungkasnya.
Diketahui, guru besar yang juga sebagai penguji eksternal di pascasarjana UIN SU Medan merasa terpanggil untuk ikut dalam kontestasi pemilihan rektor masa bakti 2023-2027 tersebut. Sebagai masyarakat Sumut, ia ingin memberikan kontribusi terbaik dan manfaat dalam kepemimpinan kampus Islam juga untuk berupaya membawa perubahan dan pengelolaan sumber daya yang lebih optimal di masa depan. (Humas)