Medan (UINSU)
Lebih dari seribu jemaah meramaikan acara Salawat Nariyah rangkaian peringatan Hari Santri Nasional 2023 yang digelar Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Medan di Gelanggang Mahasiswa kampus I Jalan IAIN, Medan secara luring, Sabtu (21/10) malam secara. Salawat ini dirangkai dengan doa bersama demi keselamatan bangsa.
Salawat Nariyah ini juga digelar diseluruh wilayah Indonesia masih dalam rangka peringatan Hari Santri Nasional 2023 dan disiarkan secara virtual. Dengan jumlah salawat dilantunkan hingga satu miliar Salawat Nariyah.
Rois Am Kiyai Haji Miftachul Akhyar menyampaikan, peringatan hari santri ini merupakan penguatan peran dan eksistensi santri sebagai penyangga dan penjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indoensia dalam balutan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ia menjelaskan perbedaan adalah keniscayaan dari satu proses demokrasi, namun jangan sampaikan kekuatan perbedaan mengalahkan persatuan bangsa.
“Perbedaan sama sekali, tidak boleh merobek persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Apapun dan mau bagaimanapun, persatuan Indonesua harus jadi prioritas kita sekalian. Nahdlatul Ulama (NU) berada pada ranah dan posisi itu. Yakni NU sebagai penjaga pilar persatuan bangsa Indonesia. Inilah tekad kita, salawat ini yang kita baca akan memberikan sumbangan penting bagi persatuan bangsa,” urainya.
Dengan keberadaan santri dan NU, melalui acara ini didoakan agar NKRI tetap berjaya. Dasar negara yakni Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan persatuan Indonesia akan tetap berjaya. NU bersama santri akan tetap bersama di sana, untuk mengawal persatuan bangsa.
Sisi lain karakter santri adalah anak-anak manusia yang ditakdirkan menekuni ilmu agama. Akan tetapi santri juga hidup dalam ruang berisi dengan masyarakat, tantangan dan perjuangan. Tantangan di antaranya adalah pada awal kemerdekaan yang ingin direbut kembali. Saat itu pada alim ulama tidak bisa diam.
Rois Besar NU kala itu, KH Hasyim Asy’ari akhirnya bersepakat bersama ulama untuk mengeluarkan resolusi jihad untuk mempertahankan kemerdekaan. Saat itu, wajib ‘ain keluar rumah untuk mempertahankan kemerdekaan. Peristiwa sejarah yang terjadi pada 22 Oktober 1945 di Surabaya itu akhirnya dijadikan sebagai Hari Santri Nasional.
Selain sebagai manusia yang memahami dan belajar agama, santri merupakan orang-orang yang sadar pentingnya berjuang, dengan tenaga, pikiran, harta dan bahkan darah untuk mempertahankan kemerdekaan. Inilah legacy atau warisan leluhur dan tetua-tetua kita. Hingga kini kita bisa menikmati kemerdekaan. Sekarang tugas kita ialah berjuang untuk perkembangan dan kemajuan alhulsunnah waljama’ah, untuk NU dan untuk Indonesia.
Rektor UINSU Prof Dr Nurhayati, MAg menyampaikan, giat Salawat Nariyat yang digelar di UINSU ini diikuti 1.256 orang yang membacakan dua juta salawat, turut serta membacakan satu miliar Salawat Nariyah dari seluruh Indonesia. Secara virtual, giat ini diikuti sekitar 19 ribu orang.
Salawat Nariyah, jelas rektor, dinilai sebagai salah satu doa yang makbul agar permohonan kita dikabulkan dan diberkahi oleh Allah SWT. Keberkahan juga diharapkan juga diberikan dalam tugas pengabdian, baik di Kemenag, Kanwil Kemenag Sumut dan UINSU, satu miliar Salawat Nariyah pun dijadikan bersama oleh seluruh jemaah seluruh Indonesia.
Rektor menyampaikan, rangkaian giat hari santri ini yaitu dimulai dengan serimoni pembukaan, seminar nasional bertema Jihad Santri Kejayaan Negeri, expo atau pameran kemandirian pesantren, pembacaan Salawat Nariyat hingga puncak acara yaitu apel besar hari santri di kampus I UINSU Minggu (22/10) pagi. Apel ini akan dipimpin langsung Presiden Joko Widodo dari Jakarta disiarkan secara virtual.
Hadir dalam acara Kepala Kanwil Kemenag Sumut Ahmad Qosbi dan jajaran, para pimpinan UINSU Medan, para dekan dan wakil dekan, pimpinan program studi, kepala dan ketua unit dan lembaga di lingkungan kampus dan segenap sivitas akademik UINSU Medan. (Humas)