Medan, (UIN SU)
Setiap pemimpin harus menyadari bahwa jabatan adalah amanah yang sedang Allah berikan nanti akan dimintai pertanggungjawabannya. Maka penting menumbuhkan spiritual leadership (kepemimpinan spiritual) sehingga bisa menghilangkan penyimpangan dalam pelaksanaan tugas.
Demikian jelas guru besar Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN SU) Medan Prof Dr Muzakkir, MAg saat mendaftar sebagai bakal calon Rektor UIN SU periode 2023-2027 di kampus II Jalan Willem Iskander, Medan, Jumat (27/1). “Kepemimpinan berbasis spiritual ini akan membentuk insan yang memiliki rasa takut terhadap Tuhan, merasa diawasi dalam tugas sehingga segala bentuk penyimpangan bisa diminimalkan. Ini konsep yang harus dibangun ke depan,” ujar Prof Muzakkir.
Sebagai pendaftar kesembilan pada penjaringan rektor tersebut, ia merasa terpanggil untuk memberikan kontribusi terbaik untuk kemajuan kampus Islam ini. “Saya melihat, UIN SU beberapa waktu lalu penuh dengan musibah. Ini bisa jadi ujian, teguran juga bisa jadi sebuah hukuman karena berbagai persoalan yang muncul dari masa lalu. Kembali kepada Alquran, Surat Annisa ayat 79, dalam melangkah menjalani kehidupan, termasuk tugas mengelola perguruan tinggi, maka perlu membangun niat tulus,” tukasnya.
Penjaringan ini, katanya, yang paling utama harus meluruskan niat, menjadikan Allah sebagai sandaran, harus kembali kepada pemberi kekuasaan yakni Allah penguasa semesta alam. Diharapkan, panitia penjaringan hingga ke ranah kementerian, mampu mengawal penjaringan ini secara jujur, benar dan adil. “Ini saatnya kita membangun kembali nilai kejujuran, untuk menghindari kejadian buruk di masa lalu,” terangnya.
Sebagai bagian dari UIN SU yang belajar di Fakultas Ushuluddin pada 1989 di prodi tafsir hadis, Prof Muzakkir terpanggil untuk melanjutkan pengabdiannya. Setelah puluhan tahun juga sebagai dosen di fakultas itu, belajar, mengabdi hingga memperoleh rezeki dari kampus ini, ia memberanikan diri maju menjadi bakal calon rektor. “UIN SU ini separuh jiwa saya, bagian dari kehidupan saya. Saya juga dibesarkan sebagai dosen UIN SU, ini suatu kebanggaan. Kita punya potensi begitu besar walau juga punya dan dihadapkan dengan berbagai persoalan,” tukasnya.
Potensi besar yang ia maksud, di antaranya para guru besar, ratusan dosen dan tenaga kependidikan serta lebih dari 30 ribu mahasiswa, juga termasuk berbagai prestasi di tingkat lokal, nasional hingga internasional, ini merupakan hal yang harus dipertahankan. “Maka jika kita terpuruk, lalu kita biarkan maka hal itu termasuk bagian dari dosa kita juga karena kita di dalamnya tapi seakan membiarkan. Mengelola kampus ini, kita harus bangkit dan bangun ke arah lebih baik ke depan,” katanya.
Gagasan berjemaah
Menurut Prof Muzakkir, tidak ada hal yang tidak mungkin diwujudkan jika bekerja berjemaah dan melibatkan betul-betul nilsi ketuhanan. “Kita harus bekerja dengan bismillah, lillah, billah, ma’allah, bil mahabbah. Artinya bekerja dengan berbasis spiritual, kalau sudah Allah menjadi sandaran, maka tidak ada yang tidak bisa kita kerjakan. Ini yang jadi motivasi bagi saya,” tandas Prof Muzakkir.
Seiring waktu berjalan, jelasnya, UIN SU terus berjalan, mahasiswa terus bertambah. Maka ini adalah amanah yang indah diberikan Allah, harus dikelola dengan baik. Ia siap untuk mengangkat kembali citra kampus Islam ini, mengembalikan UIN SU kepada khittahnya didirikan. “Oleh karena itu, kita tidak bisa bekerja sendiri. Jadi visi dan misi saya, kita bangun UIN SU dengan konsep berjemaah. Kita harus bangkit, kita raih kejayaan itu. Kita berjemaah artinya berkolaborasi dan bekerja sama serta menghindari primordialisme,” papar Prof Muzakkir.
Ia berpendapat, dalam mengelola kampus, jangan menjadi warna tanpa rasa, namun jadilah seperti garam yang tidak berwarna namun memberikan rasa yang kuat. Menurutnya, berjemaah itu tidak melihat warna atau latar belakang. Namun tetap bersama dalam tujuan. “Kalau dalam nash Alquran dan hadis, berjemaah akan mendatangkan rahmah. Kalau kita berpecah belah, berkotak-kotak, maka azab yang akan datang. Paradigma berjemaah harus kita bangun, kita rangkul semua pihak, kembangkan semua potensi, memajukan UIN SU Medan,” urai Prof Muzakkir.
Ia menilai, silaturahmi yang produktif juga diperlukan untuk kemajuan kampus. “UIN SU ibarat mutiara yang sedang tenggelam, kita akan raih lagi mutiara itu, apalagi jika kita jadikan Allah sebagai sandaran dengan membangun spiritual leadership yaitu kepemimpinan berdasarkan ketuhanan. Siapa pun yang jadi pemimpin, harus sadar ini adalah amanah yang Allah sedang berikan kepadanya yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya.
“Kepemimpinan berbasis spiritual ini menumbuhkan rasa takut kepada Tuhan, merasa diawasi dalam bertugas, sehingga segala bentuk penyimpangan bisa kita minimalkan. Itu konsep harus dibangun ke depan,” pungkasnya.
Selain visi misi yang dia tuangkan, Prof Muzakkir juga merumuskan 10 program prioritas yang bisa dijalankan jika ia terpilih mengembang amanah sebagai rektor. Di antaranya pencapaian akreditasi unggul tingkat prodi dan akreditasi, penguatan Tri Dharma perguruan tinggi dan membangun konsep kampus entrepreneur (entrepreneur university) serta peningkatan sarana prasarana mendukung prestasi mahasiswa, pengelolaan ruang hijau hingga memperluas peluang beasiswa. Prof Muzakkir saat mendaftar diterima panitia penjaringan H Khairunas, SH MH dan Dr Dur Brutu, MA di sekretariat panitia. (Humas)