Medan (UIN SU)
Pendaftar ketujuh pada mekanisme penjaringan Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN SU) Medan periode 2023-2027 ialah Prof Dr Hasan Asari, MA yang juga guru besar sekaligus menjabat Wakil Rektor I Bidang Akademik saat ini di kampus UIN SU.
Menariknya, pada proses pendaftaran, ia dikawal dan didampingi Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Dr Mardianto bersama jajaran ke sekretariat panitia penjaringan di gedung biro rektor kampus II, Jalan Willem Iskander, Medan, Selasa (24/1) siang. Prof Hasan yang pada beberapa periode lalu juga pernah menjabat wakil rektor, kini terpanggil untuk ikut pemilihan Rektor UIN SU masa bakti tersebut. Ia merasa punya alasan tersendiri untuk memenuhi panggilan ini.
“Pertama saya adalah alumni IAIN Sumatera Utara yang kini jadi UIN Sumatera Utara Medan. Jadi saya punya rasa memiliki yang tinggi terhadap kampus ini, kedua saya merasa menjadi salah satu alumni yang sangat beruntung dari puluhan ribu lainnya. Saya diberi banyak sekali oleh kampus ini,” terangnya.
Tak pelak, selama kariernya menjadi ASN dosen di kampus Islam ini, ia mendapatkan banyak manfaat. Di antaranya diberi kesempatan untuk studi ke McGill University Kanada, Amerika Serikat, pembibitan dosen dan berbagai peluang baik lainnya. “Poinnya adalah saya merasa mempunyai utang yang banyak pada kampus ini, hal itu merupakan konsekuensi tanggung jawab.
Saya mencalonkan rektor bagian dari wujud pertanggungjawaban itu kalau orang dalam kondisi dipanggil oleh ketua panitia yang membuat pengumuman lalu kita ya harus terpanggil lah untuk menyahuti itu,” ujarnya.
Berbagai jabatan dan kedudukan pernah ia rasakan, hal itu juga sebagai bentuk kepercayaan kampus pada dirinya. Di antarnya pernah menjadi Kepala Tata Usaha di Program Pascasarjana, ketua prodi S-2, menjadi asisten direktur pascasarjana bahkan pernah menjadi Direktur Pascasarjana UIN SU. Menjabat Wakil Rektor I selama dua periode dan kini menjabat posisi yang sama, bahkan Prof Hasan pernah menjadi penjabat rektor sementara selama satu semester, kala Rektor UIN SU saat itu Prof Dr Nur Ahmad Fadhil Lubis mangkat.
Dengan berbagai pengalaman itu, secara alamiah, jelasnya, ia merasa terpanggil untuk menunjukkan bahwa ini bagian dari tanggung jawab untuk memajukan kampus di masa depan. Berbagai rencana perbaikan ia siapkan, di antaranya soal mutu atau keunggulan hingga konsep kampus kelas dunia atau World Class University (WCU). Namun pada konteks yang lebih sempit, menurutnya, rektor nantinya harus mampu melihat dan menetukan visi hingga beberapa tahun ke depan dan dua hal yang menjadi prioritas.
Pertama, yakni perbaikan tata kelola di UIN SU. Maksudnya ialah kepatuhan kepada serangkaian aturan-aturan berlaku pada bidang yang mau dikerjakan. Aspek kedua ialah kebersamaan atau dalam bahasa agama ialah berjemaah. “Saya ingin, dan menurut saya sangat penting memastikan UIN SU merupakan universitas yang dimiliki oleh seluruh warganya. Siapa pun yang berkaitan dengan Sumut merasa memiliki,” tandasnya.
Meliputi dosen, pegawai administrasi, mahasiswa dan seluruh keluarga perlu dibangun rasa memiliki itu. Maka dengan itu, akan melahirkan rasa tanggung jawab untuk turut dan terus berkontribusi untuk mengurus dan mengembangkan UIN SU Medan ini. “Saya kira, prioritasnya ialah pada dua titik itu, yakni ke depan semakin memperbaiki tata kelola dan kedua kita semakin guyub, semakin merasa memikili dan terpanggil untuk berkontribusi sebaik-baiknya sesuai dengan kapasitas dan tugas masing-masing.
Kendati demikian sembilan tahun bertransformasi menjadi universitas, jelasnya, masih terdapat berbagai persoalan yang harus diselesaikan. Sejalan dengan banyaknya prodi baru namun belum seimbang dengan ketersediaan dosen dengan karier yang sesuai. Ketersediaan dosen dengan pangkat lektor kepala hingga prodi-prodi baru yang masih sulit dalam meningkatkan mutu atau yang biasa dituangkan dalam capaian akreditasi prodi.
Jika kita melihat, jelas Prof Hasan Asari, guru besar di kampus ini masih 31 orang, sedangkan jumlah dosen sekitar 600 dosen. Angka ini merupakan persentase yang rendah. Pada 2016, guru besar saat itu juga 31 namun dengan jumlah mahasiswa 15-16 ribu, namun kini mahasiswa lebih dari 30 ribu orang. Hal ini bermuara pada dua prioritas yang harus diwujudkan.
Pertama yakni menjadi keutamaan untuk menambah jumlah guru besar agar seimbang dengan jumlah mahasiswa di UIN SU. Kedua menggenjot dan mendorong penelitian dan publikasi karya tulis ilmiah. Sebenarnya, dari data angka-angka itu cukup besar, namun jurnal atau karya tulis yang dipublikaskan di jurnal terakreditasi belum sesuai harapan.
Senada para bakal calon rektor lainnya, internasionalisasi, jelasnya, juga merupakan kewajiban untuk diwujudkan. Dengan indikator jumlah mahasiswa asing, jumlah kerja sama internasional yang operasional dan lainnya. Bukan dari aspek jumlah nota kesepahaman yang dibuat, tapi sedikit yang berjalan. Jumlah mahasiswa asing pun disinyalir menurun. Menurutnya, warna dari mahasiswa asing berpengaruh terhadap akreditasi dan menciptakan kampus yang bergengsi.
Di akhir, mengingat secara umum jumlah pendaftar penjaringan rektor meningkat dan ia sebagai pendaftar ketujuh dan bakal masih ada pendaftar lain, ini membuktikan proses dari bakal calon menjadi calon berjalan dengan lancar dan transparan. Dilakukan secara adil dan yang terbaik akan diangkat sebagai Rektor UIN SU Medan secara definitif.
Prof Hasan menyampaikan, sebagai guru pada bidang sejarah, ia menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada para orangtua dan pendahulu IAIN SU/UIN SU, pimpinan senat universitas dan panitia penjaringan yang sama-sama menguatkan agar penjaringan dan proses pemilihan rektor ini sesuai dengan tahapannya bisa berjalan dengan baik dan fair. (Humas)