Medan, (UIN SU)
Guru besar dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof Dr Iswandi Syahputra, SAg, MSi mendaftarkan diri pada penjaringan bakal calon Rektor UIN Sumatera Utara periode 2023-2027, ia menjadi pendaftar pertama dari kampus lain dan pendaftar keempat pada penjaringan bakal calon rektor ini.
Akademisi yang ternyata berasal dari Sumatera Utara ini mengaku ikut penjaringan semata karena dan untuk pengabdian kampung halaman. “Ini kampung saya, asal saya. Tempat saya belajar berenang, bermain sepeda dan lain sebagainya. Ini adalah pengabdian untuk kampung halaman. Air yang saya minum, beras yang saya makan di Sumut, harus saya kembalikan ke sini dalam bentuk manfaat,” tukas Prof Iswandi saat mendaftarkan diri pada penjaringan rektor tersebut di kampus II, Jalan Willem Iskander, Medan, Selasa (24/1).
Ia menilai, mekanisme penjaringan Rektor UIN SU Medan periode 2023-2027 yang terbuka secara umum ini, merupakan peluang dan kesempatan untuk mengabdi. Mengabdi untuk pendidikan dan peradaban Islam di Tanah Air, serta pengabdian untuk kampung halaman. Prof Iswandi, dalam penjaringan ini juga menyiapkan visi misi pembangunan UIN SU lebih mantap ke depan.
“Saya rasa, visi dan program dari semua calon rektor harus diberi tempat. Tidak ada visi dan misi yang buruk. Hanya saja, jika amanah ini dipercayakan kepada saya, maka ada prioritas. Melihat kondisi UIN SU saat ini, maka ada beberapa aspek penting dan prioritas, yakni penguatan kelembagaan, inovasi dan digitalisasi,” terang Prof Iswandi.
Guru besar di program studi ilmu komunikasi Fakultas Ilmu Sosial (FIS) yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor I UIN Sunan Kalijaga ini pun sudah menyusun slogan yakni UIN SU SOLID yang berarti pengelolaan kampus harus sukses, optimalisasi, lembaga, inovasi dan digitalisasi yang disingkat dengan kata SOLID.
Ia berharap, dalam mekanisme penjaringan ini dapat berjalan baik dan lancar. Ia meyakini, karena setiap kontes demokrasi akan menghasilkan pemimpin, pemimpin akan menghasilkan harapan dan harapan akan mendatangkan energi. “Penting bagi UIN SU ke depan untuk bisa mengkonsolidasi sumber daya manusia dalam tata kelola. Mampu berinovasi mengembangkan kelembagaan dan mampu mengoptimalkan internasionalisasi,” tukasnya.
Ia menerangkan, secara sederhana pengelolaan perguruan tinggi itu perlu memenuhi standar mutu yang dijadikan platform. Sehingga semua kegiatan kampus baik akademik dan non akademik lebih berkualitas dan berisi. Kegiatan yang mengacu standar mutu yang harus diakselerasi dan pengembangan kampus harus akreditasi bertaraf internasional
Ia menilai, akreditasi internasional yang bermuara pada world class university (WCU) atau kampus kelas dunia menjadi program prioritas. Namun hari ini, hal tersebut terkesan hanya sebagai slogan bagi yang ingin menjadi pemimpin di perguruan tinggi. Karena dirasa tidak memiliki rute yang jelas untuk menjadi kampus kelas dunia.
Ia menilai, ada cara yang cukup mudah dan tersistem bisa ditempuh, yakni mengejar dan meraih pengakuan akreditasi dari lembaga akreditasi internasional yang bereputasi resmi. Hal sederhana yang bisa ditempuh ialah merintis di awal satu prodi di tiap fakultas dioptimalkan untuk meraih akreditasi internasional, kemudian diharapkan akan menggaet dan merangkul prodi lain.
“Saya akan tender prodi, bukan tender proyek ya, tapi tender untuk prodi mana yang paling siap untuk didorong meraih akreditasi internasional. Satu prodi di tiap-tiap fakultas, prodi yang berhasil akan menjadi model bagi prodi lainnya,” tukasnya.
Dengan skema dimaksud, maka ditargetkan 50 persen pada akhir periode yakni 2027 sudah terakreditasi secara internasional. Dengan persentase ini, maka otomatis akan terkonversi akreditasi unggul secara institusi. Kemudian, ia mendorong agar pengelolaan kampus ke depan menjadi PTN BH dari skema BLU saat ini yang dinilai masih merumitkan. Ia menilai, UIN SU begitu potensial karena tidak banyak perguruan tinggi di Indonesia dengan jumlah mahasiswa di atas 30 ribu. Angka ini terbanyak untuk UIN di luar Pulau Jawa.
Pengembangan lembaga juga menjadi prioritas untuk dikembangkan. Ia berpesan, siapa pun yang terpilih, jangan menjadi Super-Man, tapi jadilah Super-Team, tidak bisa bekerja sendiri. Harus merangkul semua termasuk bakal calon lain yang ikut kompetisi. “Kalah menang, semua harus menang. Jangan ada yang kalah,” pungkasnya. (Humas)